Thursday 2 February 2012

RiNa

     Aku adalah seorang mahasiswa tahun akhir di U KL. Pada ketika ini aku tidak ke kuliah lagi cuma buat kerja thesis. Oleh karena itu aku sering pergi ke rumah abang ku di KL. Suatu hari aku kerumah abang ku. Ketika aku sampai ke rumah abangku, aku melihat ada tetamu, rupanya dia adalah teman kuliah abangku waktu dulu. Aku dikenalkan oleh abangku kepadanya. Rupanya ia sangat ramah denganku. Usianya 40 tahun dan sebut saja namanya Firman.

Dia pun mengundangku untuk ke rumahnya dan dikenalkan pada anak-isterinya. Isterinya, Dian, 7 tahun lebih muda darinya, dan putrinya, Rina, belajar di tingkatan 4. Dan pada hari isnin, aku ditugaskan oleh Firman untuk menjaga putri dan rumahnya karena ia akan pergi ke Perlis, ke rumah sakit untuk menjenguk saudara isterinya. Menurutnya sakit demam berdarah dan dirawat selama 3 hari.Dia minta cuti untuk satu minggu. Dia berangkat bersama isterinya, sedangkan anaknya tidak ikut kerana sekolah. Setelah 3 hari di rumahnya, suatu kali aku pulang dari rumah abangku, karena aku tidak sibuk dan aku pun menuju rumah Firman. Aku pun berehat sambil menyalakan VCD. Selesai satu film. Saat melihat rak, di bagian bawahnya kulihat beberapa VCD porno. Kerana memang sendirian, aku pun menontonnya. Sebelum habis satu film, tiba-tiba terdengar pintu depan dibuka. Aku pun tergopoh-gopoh mematikan tv dan menaruh pembungkus VCD di bawah karpet. "Hallo, Abang Mat..!" Rina yang baru masuk tersenyum. "Eh, tolong bayarkan tambang teksi... wang Rina beasr, abangnya tak ada wang kecil." Aku tersenyum mengangguk dan keluar membayarkan tambang teksi yang cuma dua ringgit setengah.

Saat aku masuk kembali.., pucat wajahku! Rina duduk di karpet di depan tv, dan menghidupkan video porno yang sedang setengah jalan. Rina memandang kepadaku dan tertawa geli. "Ih! Abang Mat! Begitu, caranya..? Rina sering dicerita oleh kawan-kawan sekolah, tapi belum pernah lihat." Gugup aku menjawab, "Rina... kamu tak boleh tengok itu! Kamu belum cukup umur!mati aku." "Aahhh, Abang Mat. Jangan gitu, Tu, lihat... cuma begitu aja! Gambar yang dibawa kawan Rina di sekolah lebih ganas." Tak tahu lagi apa yang harus kukatakan, dan khawatir kalau kularang Rina, dia akan beritahu pada orangtuanya, aku pun ke dapur membuat minum dan membiarkan Rina terus menonton. Dari dapur aku duduk-duduk di beranda belakang membaca majalah. Sekitar jam 7 malam, aku keluar dan membeli makanan. Sekembalinya, di dalam rumah kulihat Rina sedang tengkurap di sofa mengerjakan kerja sekolah.

Ia mengenakan baju yang pendek dan tipis. Tubuh mudanya yang sudah mulai matang terbayang jelas. Paha dan betisnya terlihat putih bersih, dan punggungnya membulat indah. Aku menelan air liur dan terus masuk menyiapkan makanan. Setelah makanan siap, aku memanggil Rina. Dan.., sekali lagi aku terkejut... jelas ia tidak memakai coli, karena puting susunya yang menjulang membayang di bajunya. Aku semakin gelisah kerana penisku yang tadi sudah mulai "bergerak", sekarang benar-benar menegak dan mengganjal di seluarku. Selesai makan, saat mencuci piring berdua di dapur, kami berdiri bersampingan, dan dari celah di bajunya, buah dadanya yang indah mengintip. Ketika ia membungkuk, puting susunya yang merah muda kelihatan dari celah itu. Aku semakin gelisah. Selesai mencuci piring, kami berdua duduk di sofa di ruang tamu. "Abang, cuba teka. Hitam, kecil, keringetan, apa dia..!" "Ah, senang! Semut lagi push-up! Kan ada di tutup botol Fanta! Lain... putih-biru-putih, kecil, keringetan, apa..?" Rina menberi jawapan dan memberi beberapa cuba yang semua kusalahkan. "Yang benar... Rina pakai seragam sekolah, kepanasan di dalam teksi..!" "Aahhh... Abang Mat..!" Rina meloncat dari sofa dan berusaha mencubit lenganku. Aku menghindar dan menangkis, tapi ia terus menyerang sambil tertawa, dan... Ia jatuh ke dalam pelukanku, membelakangiku. Lenganku merangkul dadanya, dan ia duduk tepat di atas batang kelelakianku! Kami termengah-mengah dalam posisi itu. Bau bedak bayi dari kulitnya dan bau shampo rambutnya membuatku makin terangsang. Dan aku pun mulai menciumi lehernya. Rina mendongakkan kepala sambil memejamkan mata, dan tanganku pun mulai meremas kedua buah dadanya. Nafas Rina makin kencang, dan tanganku pun masuk ke antara dua pahanya. Seluar dalamnya sudah basah, dan jariku mengelus belahan yang membayang. "Uuuhh... mmmhhh..." Rina sedikit meronta.

Kesedaranku yang tinggal sedikit seolah memperingatkan bahawa yang sedang kucumbu adalah seorang gadis sekolah, tapi nafsuku sudah sampai ke ubun-ubun dan aku pun menarik lepas bajunya dari bawah ke kepalanya. Aahhh..! Rina menelentang di sofa dengan tubuh hampir terdedah! Aku segera mengulum puting susunya yang merah muda, berganti-ganti kiri dan kanan hingga dadanya basah mengilap oleh liurku. Tangan Rina yang mengelus belakang kepalaku dan erangannya yang tersendat membuatku makin tak sabar. Aku menarik lepas seluar dalamnya, dan.. nampaklah bukit kemaluannya yang baru ditumbuhi rambut jarang. Bulu yang sedikit itu sudah nampak mengilap oleh cairan kemaluan Rina. Aku pun segera membenamkan kepalaku ke tengah kedua pahanya. "Ehhh... mmmaaahhh..," tangan Rina meramas sofa dan punggungnya menggeletar ketika bibir kemaluannya kucium. Sesekali lidahku berpindah ke perutnya dan mengemut perlahan. "Ooohh... aduuhhh..," Rina mengangkat punggungnya ketika lidahku menyelinap di antara belahan kemaluannya yang masih begitu rapat. Lidahku bergerak dari atas ke bawah dan bibir kemaluannya mulai membuka. Sesekali lidahku akan membelai kelentitnya dan tubuh Rina akan terlonjak dan nafas Rina seakan tersedak.

Tanganku naik ke dadanya dan meremas kedua bukit dadanya. Putingnya sedikit membesar dan mengeras. Ketika aku berhenti menjilat dan mengulum, Rina tergeletak termengah-mengah, matanya terpejam. Tergesa-gesa aku membuka semua pakaianku, dan kemaluanku yang tegak menunjuk ke langit-langit, kubelai-belaikan di pipi Rina. "Mmmhh... mmmhhh... ooohhhmmm..," ketika Rina membuka bibirnya, kujejalkan kepala kemaluanku. Mungkin film tadi masih diingatnya, jadi ia pun mulai menyedot. Tanganku berganti-ganti meremas dadanya dan membelai kemaluannya. Segera saja kemaluanku basah dan mengilap. Tak tahan lagi, aku pun naik ke atas tubuh Rina dan bibirku melumat bibirnya. Aroma kemaluanku ada di mulut Rina dan aroma kemaluan Rina di mulutku, bertukar saat lidah kami saling membelit. Dengan tangan, kugesek-gesekkan kepala kemaluanku ke celah di selangkangan Rina, dan sebentar kemudian kurasakan tangan Rina menekan pantatku dari belakang. "Baaannggg, mam... msuk... hhh... msukain... Banggg... hhh... ehekmm..." Perlahan kemaluanku mulai menempel di bibir liang kemaluannya, dan Rina semakin mendesah-desah. Segera saja kepala kemaluanku kutekan, tetapi gagal saja karena tertahan sesuatu yang kenyal. Aku pun berpikir, apakah lubang sekecil ini akan dapat menampung kemaluanku yang besar ini. Terus terang saja, ukuran kemaluanku adalah panjang 15 cm, lebarnya 4,5 cm sedangkan Rina masih bersekolah dan ukuran lubang kemaluannya terlalu kecil. Tetapi dengan dorongan nafsu yang besar, aku pun berusaha.

Akhirnya usahaku pun berhasil. Dengan satu hentakan, tembuslah halangan itu. Rina memekik kecil, dahinya mengernyit menahan sakit. Kuku-kuku tangannya mencengkam kulit punggungku. Aku menekan lagi, dan terasa ujung kemaluanku menyentuh dasar padahal baru 3/4 kemaluanku yang masuk. Lalu aku diam tidak bergerak, membiarkan otot-otot kemaluan Rina terbiasa dengan benda yang ada di dalamnya. Sebentar kemudian kernyit di dahi Rina menghilang, dan aku pun mulai menarik dan menekankan punggungku. Rina mengernyit lagi, tapi lama kelamaan mulutnya menceracau. "Aduhhh... ssshhh... iya... terusshh... mmmhhh... aduhhh... sedap... Banggg..." Aku merangkulkan kedua lenganku ke punggung Rina, lalu membalikkan kedua tubuh kami hingga Rina sekarang duduk di atas ku. Nampak 3/4 kemaluanku didalam kemaluannya. Tanpa perlu diajarkan, Rina segera menggerakkan punggungnya, sementara jari-jariku berganti-ganti meremas dan menggosok dada, kelentit dan punggungnya, dan kami pun berkejaran mencapai puncak. Beberapa waktu berlalu, gerakan punggung Rina semakin menggila dan ia pun membungkukkan tubuhnya dan bibir kami berlumatan. Tangannya menarik rambutku, dan akhirnya punggungnya menyentak berhenti. Terasa cairan hangat membalut seluruh batang kemaluanku. Setelah tubuh Rina melemas, aku menyuruh ia telentang. Dan sambil menindihnya, aku mengejar puncakku sendiri. Ketika aku mencapai klimaks, Rina tentu merasakan siraman air maniku di liangnya, dan ia pun mengeluh lemas dan merasakan orgasmenya yang ke dua. Sekian lama kami diam terengah-engah, dan tubuh kami yang basah kuyup dengan keringat masih saling bergerak bergesekan, merasakan sisa-sisa kenikmatan orgasme. "Aduh, Bang... Rina lemas. Tapi ssyok betul." Aku hanya tersenyum sambil membelai rambutnya yang halus. Satu tanganku lagi ada di punggungnya dan meramas-ramas.

Kupikir tubuhku yang lelah sudah terpuaskan, tapi segera kurasakan kemaluanku yang telah lemas bangkit kembali dijepit liang vagina Rina yang masih amat kencang. Aku segera membawanya ke kamar mandi, membersihkan tubuh kami berdua dan... kembali ke kamar melanjutkan babak berikutnya. Sepanjang malam aku mencapai tiga kali lagi orgasme, dan Rina... entah berapa kali. Begitupun di saat bangun pagi, sekali lagi kami bergomol penuh kenikmatan sebelum akhirnya Rina kupaksa memakai seragam, sarapan dan berangkat ke sekolah. Kembali ke rumah Firman, aku masuk ke kamar tidur tamu dan segera baring kelelahan. Di tengah tidurku aku bermimpi seolah Rina pulang sekolah, masuk ke kamar dan membuka bajunya, lalu menarik seluarku dan mengulum kemaluanku. Tapi segera saja aku sedar bahwa itu bukan mimpi, dan aku memandangi rambutnya yang tergerai yang bergerak-gerak mengikuti kepalanya yang naik-turun. Aku melihat keluar kamar dan kelihatan VCD menyala, dengan film yang kemarin. Ah! Merasakan caranya memberiku "blowjob", aku tahu bahwa ia baru saja belajar dari VCD
»»  READMORE...

Empat DaRa

Isteriku mempunyai seorang sepupu perempuan yang masih menuntut di U dan memang aku kenal baik dengannya serta ibu bapanya malah kalau aku free ada juga aku datang menjenguknya di kampus. Masa berjalan sedar tak sedar ia telah melangkah ke tahun akhir di mana sebuk dengan projeklah entah apa-apa lagi yang aku kira agak bertambah berbanding zaman aku membuat first deg dahulu. Memandangkan pengalaman aku yang pernah bertugas di U dan kerajaan sebelum ini jadi selalu juga dia datang ke rumah untuk bertanya tentang projeknya dan kekadang tu member-membernya yang lain turut sama berbincang.

Tidak lama selepas itu isteriku memberitahu yang sepupunya ingin menumpang di rumah kami untuk tahun akhir pengajiannya kerana ia telah agak kurang di kampus tetapi lebih banyak berada di luar menyelesaikan projeknya. Aku tak kisah kerana selama inipun aku anggap ia sebagai saudaraku juga. Bagaimanapun semenjak ia tinggal di rumah selalu benar aku melihat rakan- rakannya datang malah bertandang makan tidur di rumahku. Mereka semuanya baik dengan anak-anakku jadi akupun tak kisahlah dengan kehadiran mereka.

Bagaimanapun menjelang akhir projek mereka aku lihat selalunya terdapat empat orang termasuk sepupu isteriku selalu bersama mungkin projek mereka ada persamaan atau ia lebih bersifat grouping. Bagi memudahkan mereka study aku memberikan mereka sebuah bilik study dan tidur bersama dengan anak perempuanku. Sudah jadi kebiasaanku sering menjenguk anak-anak sebelum aku masuk tidur jadi selepas mereka hadirpun aku masih menjenguk anak-anak. Mereka faham dan tak kisah kerana itu memang tanggungjawab yang telah menjadi rutin. Disebabkan aku pulang tidak menentu jadi aku menjengukpun tidak menurut waktu ada masanya mereka dah tidur dan ada masanya mereka masih berjaga dan berbincang di bilik study.

Maklum saja anak dara kalau dah tidur bukan ingat apa-apa lagi dan seringkali aku melihat kain mereka terselak hingga menampakkan panties atau pangkal peha malah selalu juga aku ternampak burit mereka bila mereka tidur tidak memakai panties. Keempat-empat mereka tu boleh tahan manisnya tapi yang paling putih ialah budak Sabah sampai menjadi habitku pulak untuk melihat cipapnya. Peluang yang ku tunggu-tunggu tu sampai juga akhirnya bila satu malam kebetulan isteriku banyak kes (kalau takut tidur sorang-sorang jangan kawin dengan dokter) jadi tak dapat balik. Bila aku sampai ke rumah aku dapati hanya Marlina (budak Sabah) dan Zaharah (sepupu isteriku) sahaja yang berada di rumah, aku bertanya mana pergi Salmi dan Fatima. Mereka menjelaskan Salmi dan Fatima balik ke kampung untuk mengutip data projek.

Malam itu aku tak terus tidur tapi meneruskan kerja-kerja yang perlu aku selesaikan segera untuk dibawa mesyuarat bagi pembentangan kertas misi dagang organisasi aku ke Afrika Selatan tidak lama lagi. Hampir jam 2.30 pagi barulah aku berhenti dan sebelum masuk tidur seperti biasa aku menjenguk ke bilik anak. Semuanya dah tidur tapi yang paling menarik ialah kain Marlina terselak habis sampai menampakkan semuanya kebetulan dia tak pakai panties malam tu. Aku menghampirinya untuk melihat dengan lebih jelas kerana maklumlah cahaya di bilik itu tidak begitu cerah, memang putih sungguh dengan cipapnya menggunung naik bulu pantatnya halus dan nipis memang dari etnik yang tak banyak bulu aku ingat. Kalau ikutkan hati mahu sahaja aku menikam koteku ynag dah keras bak besi ke lubang buritnya tapi nanti tentu kecoh punya hal. Bagaimanapun sebelum beredar sempat juga aku meraba pantatnya takut kempunan. Aku kemudian mencuit Zaharah yang berpakaian baju tidur nipis hingga menampakkan dengan jelas puting teteknya supaya bangun tapi aku memberi isyarat supaya jangan bising. Aku berbisik kepadanya supaya menutup kain Marlina yang terselak tapi Zaharah hanya tersenyum sambil berkata abang dah nampak habis nak buat apa tutup lagi. Aku jawab bukan apa takut nanti benda ni tak boleh tahan lagi susah pulak jadinya sambil menghalakan pandangan kepada seluarku yang membengkak.

Sepupu isteriku dengan selamba sahaja meraba kawasan bengkak berkenaan sambil berkata betullah kote abang dah keras macam batu. Zaharah kemudian mengambil selimut lalu menutup kaki Marlina yang terdedah, dia kemudian menghampiri aku dan berbisik malam ni Arah tidur di bilik abang boleh tak, sebab kak uda tak balik. Aku kata aku tak kisah kalau berani silakan kalau jadi apa-apa nanti jangan salahkan aku. Zaharah memeluk aku sambil keluar menuju ke bilik, aku terus mencempung anak dara ni sambil menciumnya. Sepupu isteri aku ni kecil sahaja orangnya tapi sweet, teteknya tak besar tapi punyai punggung yang solid dengan peha yang kejap walaupun tak seputih Marlina tapi aku kira sesiapa yang kawin dengannya tentu tak rugi punya. Aku bertanya Arah nak buat apa tidur dengan abang, dia jawab abang boleh buat apa sahaja dengan syarat jangan ganas kerana dia masih perawan, aku tanya lagi, tak sayang ke hilang dara dan dia jawab dara tak dara sama saja malah selepas ni dia mungkin ke luar negara menyambung pelajaran dan tak mahu kawin lagi. Takut nanti di sana dia sangkut hati dengan bangsa asing lalu kena main atau kena rogol jadi biarlah abang yang rasmikan dirinya. Lagipun dia memang tertarik dengan aku dah lama kalau tak sebab sepupunya (isterku) yang begitu baik terhadapnya dah lama dia goda aku dan jadi isteriku yang ke…..

Orang mengantuk disorongkan bantal begitulah istilah yang dapat aku berikan, aku baringkan Zaharah lalu aku cium sepuas-puas bibirnya, dahinya, matanya, pipinya, dagunya, pelipisnya. Dia mendesah manja, tanganku pula merayap di dadanya meramas- ramas sambil menggentel putting teteknya kiri dan kanan. Zaharah bangkit duduk lalu membuka habis baju tidurnya hanya tinggal panties yang berwarna pink sahaja. Aku turut membuka pakaianku hingga tak tinggal apa lagi, ia terus meramas-ramas batang koteku dan testesku digentel-gentelnya. Koteku bangun tegak dengan kepalanya mengembang sakan; sambil berbisik ia bertanya bolehkah batang sebesar dan sekeras itu memasuki cipapnya yang kecil. Aku jawab sekecil manapun burit pompuan ia mampu menelan walau sebesar manapun butuh lelaki cuma perlu koho-koho jangan ram terus takut rabak. Aku meminta Zaharah menghisap koteku dan walaupun ia tak pernah buat tapi akhirnya lulus juga cuma sesekali giginya masih terkena pada kepala kote. Kami terus berpusing menjadi 69 dengan aku mencium serta menyonyot buritnya yang telah sedia kembang dan berair.

Aku kemudiannya membaringkan Zaharah sambil meneruskan adegan cium mencium, sambil itu kepala kote ku gesel-geselkan pada lurah cipapnya yang telah cukup licin untuk menerima tikaman sang kote buat pertama kalinya. Aku bisikan kepadanya, abang tak akan masukkan batang abang ke lubang pantatnya melainkan ia sendiri turut mengambil bahagian. Dia tanya macam mana, aku jawab bila kepala kote abang sudah mencecah permukaan daranya abang akan beri isyarat satu dua tiga ia hendaklah menggangkat punggungnya sambil abang akan menekan ke bawah. Dalam kelayuan itu ia berkata baiklah arah nantikan isyarat abang. Tak lama kemudian aku mula menekan kepala kote ke lubang pantatnya yang ketat, beberapa kali kepala koteku terkucil tak dapat mencari openingnya. Aku berhenti lalu membuka kangkangnya lebih luas lagi, memang cipap sepupu isteri aku ni kecik benar, besar sikit sahaja daripada cipap anak perempuan aku yang berumur 11 tahun.

Dengan bantuan tangannya mulut pantat dapat ku buka lalu kepala kotepun dapatlah berlabuh dicelahnya. Zaharah aku lihat terketar-ketar antara sedap dan takut, aku menekan sikit lagi hingga tenggelam hasyafah dan tak boleh masuk lagi terlalu sendat. Aku tahu yang batangku dah sampai pada kulipis daranya, ia menahan sambil berbisik abang koi-koi tahu jangan henyak terus, aku jawab ia akan rasa sakit sikit dan mungkin berdarah tapi kalau tak teruskan sampai bilapun ia tak boleh main. Aku kemudian memberi isyarat satu…..dua….tiga, Zaharah menolak ke atas punggungnya dengan serta merta aku menekan kote aku ke cipapnya, dua gerakan yang berlawanan ini menghasilkan pertembungan yang maha hebat. Berderut-derut batang koteku menujah masuk sambil mengoyakkan kulipis daranya, aduh bang sakitnya burit arah abang jangan tekan lagi, aku angguk kepala dan membiarkan setakat mana yang masuk sahaja, air matanya meleleh keluar sambil bibirnya diketapkan, aku tahu ia menahan sakit, jariku meraba di bawah buritnya ku lihat ada darah sambil ku sapukan sedikit darah dara tu pada keningnya (petua nenek aku agar perempuan tu akan sentiasa muda dan manis tak makan dek usia – buktinya isteri pertamaku walaupun dah masuk 40 tahun tapi nampak macam dua puluhan lagi selalu komplen kat aku budak-budak muda mengorat dia) jadi kepada bebudak jantan yang kerjanya menenggek anak dara orang tu kesian sama kat depa, kalau masih dara ambil sikit darah tu sapukan kat keningnya, bacaannya tak boleh tulis kat sini tapi sekurang-kurangnya perkara pokok telah dilakukan.

Setelah agak reda dan lubang cipapnya dah dapat menerima batang koteku, koho-koho aku tekan sambil beri isyarat satu…dua…tiga sekali lagi. Bila sahaja Zaharah menolak ke atas aku terus menekan habis ke bawah srut….srut sampai ke dasar serviknya tak boleh masuk lagi. Zaharah termengah-mengah dengan mulutnya ternganga cukup bang dah santak dah, aku katakan dah habis lubang cipapnya tapi koteku masih berbaki kemudian aku meneruskan acara menyorong tarik mula-mula tu perlahan kemudian bertambah laju. Aku minta dia tahan sikit sebab aku nak pam lama, bila pergerakan sorong tarik bertambah laju berdengik-dengik suaranya menahan tikaman batang pelirku yang padu. Kalau sebelum ini sakit yang disebutnya tapi kini sedap pulak yang diucapkan, aduh sedapnya bang sedap….sedapnya kote abang, sedapnya main kalau tahu lama dah arah mintak abang main. Badannya mengejang sambil buritnya menyepit batang butuhku dengan kuatnya begitu juga dengan pelukannya, aku tahu dia dah dapat first orgasm bertuah dia. Disebabkan ini pertama kali ia merasakan nikmat bersetubuh aku tak bercadang untuk melakukan posisi yang berbagai masa masih banyak lain kali boleh buat lagi.

Aku benamkan koteku dan berehat sebentar, lalu ku tanyakan bila abang nak pancut air mani abang nanti nak lepas kat dalam atau kat luar, dengan susah payah ia bersuara kat dalam saja sebab masa ni save stage. Aku kemudian memulakan adegan tikam menikam semula perlahan…laju…bertambah laju. Dia hampir mencapai klimaks kali kedua lalu ku rapatkan kedua-dua belah kakinya fulamak ketatnya tak boleh cerita, aku henjut…henjut dan ku peluk tubuhnya seerat mungkin bila aku merasakan orgasmnya sampai, aku turut melakukan henjutan terakhir sedalam mungkin lalu melepaskan air maniku ke pangkal rahimnya. Memuncat-muncat air aku keluar sambil tubuhnya terkujat-kujat persis orang demam panas. Kami cool down tapi koteku masih terbenam dalam lubang pantatnya, aku mencium dahinya sambil berbisik Arah puas tak main dengan abang, ia tak dapat berkata-kata hanya mampu mencium pipiku, perlahan-lahan aku menarik keluar koteku lalu berbaring di sisinya. Badan kami berpeluh sakan, aku memeriksa cipapnya yang nampak masih terbuka lubangnya dan seterusnya aku membersih kesan-kesan darah dan air mani yang meleleh pada pehanya. Setelah selesai ku pakaikan semula baju tidurnya lalu ku gendong menuju ke biliknya semula, aku bisikkan bukan abang tak beri Arah tidur bersama takut nanti isteriku balik dengan tiba-tiba kecoh jadinya.

Ia jawab it’s ok, anywhere I got what I need the most. Aku terpaksa menyalin cadar tilam dengan yang baru dan terus memasukkan cadar yang bertompok-tompok dengan air mani dan darah dara tu ke dalam plastik untuk dihantar ke kedai dobi. Takut nanti orang lain usung tilam ke mahkamah aku pulak kena usung cadar ke mahkamah.…

Esoknya lepas breakfast aku datang menghampiri Zaharah di tepi kolam mandi rumahku, isteriku masih tidur baru balik sekejap tadi tak sempat minumpun cuma sempat memberikan ciuman good morning sambil tangannya meraba koteku (habit kami bila bercium pagi dia raba kote dan aku raba burit). Aku tanya everything ok dia angguk so abang nak mintak favour sikit, dia kata apanya aku cakap tolong abang dapatkan burit kawan-kawan dia yang tiga orang lagi tu. Dia jawab yang lain-lain tu agak senang sikit tapi si Salmi mungkin payah pasal dia tu warak sikit kaki tak tinggal sembahyang. Aku cakap belum try belum tahu tapi eloklah bermula dengan yang mudah. Katanya lagi nanti pandailah dia aturkan aku dengan dia orang, dia tanya nak mula dengan sapa dulu, aku jawab tu yang tengah berendam dalam kolam tu si puteh melepak. Zaharah hanya senyum…alright katanya lagi.

Minggu berikutnya Mrs. Aku kena on-call lagi so selalunya ia tidur kat hospital malas nak terkocoh-kocoh bila emergency, pernah sekali sedang enak kami main tup-tup call masuk marah juga aku sebab tak sempat nak pancut burit dah belah. Lepas anak-anak masuk tidur Zaharah dan Marlina datang ke ruang tamu menonton tv sama-sama, abang tak ada ke cerita yang hot-hot sikit tanya Zaharah, aku jawab ada tapi takan nak pasang kat sini malu le sikit jawabku, ala kita orang tak kisah bang lagipun dah lebih 20 tahun memang dah layak tanggung sendiri. Aku kata ada kat dalam kabinet sebelah atas hangpa cari sendiri mana satu nak tengok. Mereka memilih beberapa tape lalu memasang sebuah dengan title "Lewd Behavior", start aje dah nampak seorang gadis mengulum batang pelir yang besar diikuti dengan sijantan menjilat cipap gadis berkenaan pula, Zaharah mengenyitkan matanya kepadaku sebagai isyarat meminta aku duduk hampir dengan mereka, aku duduk di tengah-tengah diantara Zaharah dan Marlina.

Cerita semakin panas dengan batang jejaka telahpun menujah masuk ke dalam burit gadis tersebut, aku lihat Zaharah dah mengusap-ngusap cipapnya yang masih di dalam kain, Marlina tak tentu arah tapi tapak tangannya juga melekap pada kawasan cipap dan kote aku dah mencodak naik menongkah kain sarung yang ku pakai, perlahan-lahan aku mengambil tangan Marlina lalu meletakkannya pada batangku sambil Zaharah dan aku dah mula bercium. Marlina mula menggerakkan tangannya ke atas dan ke bawah aku rasa air maziku dah mula keluar, Zaharah bangkit lalu menanggalkan pakaiannya telanjang bulat dia kemudian menghampiri aku lalu melondehkan pula kain sarung dan tshirt yang ku pakai aku juga dah bolen, Zaharah meminta Marlina membuka pakaiannya dan walaupun malu-malu ia akhirnya membuka blouse, skirt labuhnya yang tinggal hanya bra dan panties berwarna hitam. Zaharah memuncungkan bibirnya meminta aku meneruskan, lalu ku buka kancing bra apalagi selambak tetek yang puteh gebu, aku tak kasi chance lagi terus menjilat dan mengulum tetek Marlina hingga putingnya yang sebesar biji jagung itu terpacak naik. Aku juga nampak badannya naik berbiji-biji macam orang kesejukan. Di masa yang sama Zaharah telah mengulum batang dan telur koteku.

Aku mengucup bibir Marlina yang kecil mungil dan dia membalas dengan penuh nafsu, tanganku memegang tepi pantiesnya lalu melorotkannya ke bawah. Aku berhenti mengucup bibirnya untuk menatap cipap dara Sabah ini, Zaharah membaringkan Marlina sambil membukakan kakinya, aku menghampiri Marlina lalu menjilat buritnya yang tembam dengan kawasan labia minoranya begitu pink warnanya. Biji kelentit Marlina agak terjulur keluar berbanding kelentit Zaharah mungkin Marlina tak bersunat cara orang sini, ini memudahkan aku mengulumnya dan tersentuh saja biji mutiara itu aku lihat badannya terangkat-angkat sambil nafasnya mendengus-dengus. Aku terdengar suaranya yang perlahan abang mainkan saya pelahan-perlahan ye, saya tak pernah buat begini lagi. Zaharah kemudiannya meminta aku menikam cipapnya secara doggie di mana ia menjilat tetek Marlina sambil aku memainkannya dari belakang. Marlina melihat kami dengan matanya yang terbeliak hampir tak percaya yang aku sedang menutuh sepupu isteriku sendiri.

Zaharah kemudian meminta aku meletakkan kepala koteku betul-betul pada mulut burit Marlina, mukanya agak gusar abang saya takut tak pernah buat, Zaharah habak tak apa abang tahu apa nak buat hang ikut saja. Aku menekan-nekan opening cipapnya, bila masuk saja kepala aku terus menekan hingga sampai ke kulipis daranya, Marlina tersentak dia tiba-tiba meronta nasib baik Zaharah ada untuk menahannya. Melihat situasi itu aku tidak boleh bertangguh lagi, ku pegang kedua-dua belah pehanya sambil menarik nafas ku henjut sekuat mungkin batang pelir ku ke dalam pantat Marlina. Aku rasa tersekat kerana Marlina mengemut tak membenarkan batangku melolosinya, lalu ku henjut sekali lagi rittt…rittt terus batangku menojah masuk sampai ke dasar pantat Marlina. Ia menjerit aduh…sakit bang…sakit pantat saya, cukup bang jangan tekan lagi, mati saya bang sambil air matanya merembas keluar. Aku mendiamkan batangku kemudian aku cabut perlahan-lahan ke atas di masa itu juga aku lihat darah dara meleleh menuruni lavitor ani menghala ke duburnya, ku palitkan sedikit pada keningnya. Aku memasukkan semula batangku ke dalam cipapnya dan terus menyorong tarik, Marlina termengah-mengah dengan sendunya semakin kuat. Aku meminta Zaharah berbaring di sisi Marlina supaya ia dapat menenangkan gadis putih melepak ini. Aku kemudian memasukkan pula koteku kedalam cipap Zaharah dan terus memainkannya secara mengatas, sambil itu Zaharah mengusap-ngusap rambut Marlina dan berbisik sesuatu di telinganya, aku tak pasti apa yang dibisikkan cuma ku lihat Marlina angguk kepala, Zaharah tiba-tiba menyepit koteku dengan kuat sambil berkata cuming…I’m cuming berkali-kali.

Zaharah mencuit aku menandakan aku dah boleh main semula dengan Marlina, tangisnyapun dah berhenti aku lihat dia senyum semula, aku letakkan kepala koteku pada mulut cipapnya dan terus menekan masuk sedalam mungkin ahh…ahhh katanya, aku terus bermain macam selalu perlahan kemudian bertambah laju. Ku lihat matanya dah kuyu pejam celek tak lama ku dengar joto…joto main terus bang joto…joto, selang seketika ia mengejang dan aku tahu ia akan klimak lalu ku peluk badannya erat-erat dan biarkan ia klimak dengan selesa. Setelah itu aku berhenti dan menarik keluar batangku, aku belum terpancut lagi tapi kesian tengokkan budak tu dah lembik aku ingat nak sambung sat lagi. Sambil tu gambar di tv memperlihatkan batang jejaka berkenaan berada betul-betul pada lubang dubur si gadis dan jejaka itu terus menekan masuk walaupun agak payah namun akhirnya masuk juga. Zaharah bertanya bolehkah kote masuk ke dubur, aku jawab boleh tapi kena kasi licin dulu kalau tak terjojol biji mata nanti. Kalau nak try kita boleh buat lepas ni, aku menarik laci kabinet lalu mengeluarkan petroleum jelly kepunyaan isteriku. Aku menyapukannya pada batangku dan opening lubang dubur kedua-dua mereka.

Aku kata kita cuba kalau sakit sangat cakap dan abang akan stop, aku mengusap-ngusap punggung Zaharah sambil mencecahkan kepala kote ke lubang duburnya. Setelah dapat parking baik aku mula menekan, perut Zaharah mengempis mungkin menahan kemugkinan yang macam mana pula rasanya. Disebabkan sudah licin jadi mudah sikit nak masuk, aku tolak sikit demi sikit, tangannya pula memegang pangkal koteku takut aku ramkan sekalu gus, sakit bang…sakit sakit…pelan-pelan bang, aku menekan lagi dan setiap kali menekan batangku semakin dalam menerobos dubur daranya yang ketat. Akhirnya tinggal suku sahaja lagi yang belum masuk, aku menarik keluar batangku hanya tinggal kepalanya sahaja di dalam dan dengan satu nafas srut…ku tekan habis, Zaharah agak terkejut tapi membiarkan sahaja aku menolak masuk batangku sampai habis, Marlina datang dekat melihat sendiri batangku yang terbenam jauh sambil jari-jarinya memainkan telurku. Aku memulakan sorong tarik tapi tak dapat selaju main pada pantat maklumlah lubang dubur mana ada air pelicin macam burit.

Sambil tu tanganku menggentel puting teteknya dan Marlina pula aku lihat menjilat burit Zaharah, ia jadi tak keruan dan mendengus semula, aku meneruskan asakan demi asakan dan Zaharah klimak lagi, kemutan duburnya begitu kuat rasa nak putus kote aku semasa dia klimak. Perlahan-lahan aku mencabut keluar koteku lalu meminta Marlina baring mengiring ke kanan, aku membuka kangkangnya dan meletakkan kepala koteku pada opening duburnya, ia memegang kedua-dua belah punggungnya menahan tolakan batangku. Please do it slowly…much-much slowly, aku angguk sambil menolak masuk ke lubang dubur yang belum pernah kena main, ketatnya tak boleh nak habak kena try sendirilah. Aku tekan cabut tekan cabut supaya lubang dubur dapat membuka sikit, bila kepala koteku dapat ruang aku terus menekan….tekan dan tekan sehingga masuk setengah. Marlina mengangkat tangan memberi isyarat stop, aku berhenti sambil ku cium telinganya, aku katakan tinggal sikit lagi sambil mataku memberi isyarat pada Zaharah supaya memainkan puting tetek Marlina agar dia dapat stim semula. Bila ku rasakan lubang duburnya mula menerima kehadiran batang kote, aku mencabut hingga habis kemudian aku ramkan semula sampai habis, Marlina terdongak menahan sakit dan senak, maklumlah gadis putih melepak ini tingginya hanya lima kaki sahaja jadi bila kena ram begitu habis terasa seluruh badan. Aku dah naik stim dan airpun dah berkumpul kat pangkal pelir. Tanpa mengambilkira kisah mereka aku menekan masuk dan menarik keluar secepat yang boleh, masuk keluar masuk keluar dan akhirnya aku tak dapat bertahan lagi lalu ku benamkan sedalam mungkin terus ku pancutkan air maniku dalam dubur Marlina yang mengerang-ngerang, lubangnya mengemut-ngemut setiap kali aku memancutkan air. Aku menarik keluar batangku sambil ku lihat lubang dubur Marlina tercopong agak lama baru mengatup semula.

Aku berbaring di tengah-tengah semula sambil memicit-micit lengan kedua-duanya, Zaharah berkata abang ni gagah sungguh patutlah kakak tak tahan sampai dia beri izin abang kawin lain. Aku bertanya macam mana rasanya kena main depan belakang, Marlina menjawab kalau saya tahu abang nak main bontot saya tentu saya lari keluar hari ini entah-entah tiga hari tak boleh berak katanya. Aku jawab tak adalah sat lagi dia kembali normal tapi rasa nyeri tu memanglah ada sebab first time. Tapi katanya lagi bila ingat syok kena main kat lubang pantat rasa la ni juga nak kawin dengan abang. Aku meneruskan rancanganku dengan berkata yang dua lagi tu bila pulak, mereka menjawab bila balik nanti pandailah mereka mengaturkannya.

Salmi dan Fatima pulang minggu berikutnya dengan membawa ribuan borang dan kertas yang telah siap diisi oleh responden. Aku melihat keempat-empat mereka sangat sibuk mengasingkan data-data berkenaan mengikut kategori yang telah ditetapkan. Mereka memohon bantuanku untuk kemasukan dan pemprosesan data dan ku beritahu komputer di bilik bacaan mampu melakukan kerja-kerja berkenaan kerana di dalamnya telah siap dengan program statistik yang diperlukan. Memandangkan Salmi yang lebih cekap menggendalikan komputer ia telah diminta untuk memasuk dan memproses data sedangkan yang lain-lain akan melakukan analisis serta rujukan. Ini memyebabkan Salmi sering berseorangan di dalam bilik bacaan yang bersebelahan dengan bilik tidurku.

Isteriku memberitahu yang dia akan ke Sarawak selama dua minggu untuk merangka satu program seminar antarabangsa yang akan berlangsung di sana tidak berapa lama lagi dan ia akan tinggal di Majestic Hotel, bagaimanapun setiap hujung minggu ia akan berada di Santubung untuk berehat dan meminta aku turun membawa anak-anak bersama. Sudah menjadi kebiasaan kami kalau membawa anak-anak kesemua anak-anak akan turut serta kecuali mereka yang terlibat dengan program persekolahan. Aku kata tengok dululah mungkin aku ada kerja dan tak dapat berbuat demikian tapi aku boleh minta along bawakan adik-adiknya ke sana dan isteriku boleh menyambut mereka di Airport.

Marlina dan Zaharah memberitahuku kalau berminat aku boleh mencuba dengan Fatima dulu kerana Sherry (panggilan untuk Salmi) payah sikit. Aku kata mana-manapun boleh. Tapi disebabkan Fatima ni yang paling tua di antara mereka Marlina berkata akulah yang terpaksa memulakannya, aku jawab baiklah. Malam tu secara sengaja mereka bertiga Zaharah, Marlina dan Sherry keluar tapi sebelum tu aku meminta mereka membawa anak-anakku sekali untuk makan ayam goreng, aku cuma berpesan supaya membawa pulang sikit untuk aku dan Fatima yang terpaksa menyiapkan kerja-kerja projek mereka.

Selepas semuanya keluar aku menjenguk ke bilik study tapi tak ada orang lalu aku terus ke bilik tidur anak, aku membuka pintu dan ternampak Fatima sedang tekun berkerja, aku terus menyapanya kenapa tak buat kerja di bilik study ia jawab tak apalah kerana dia orang akan balik lewat malam ni sebab nak tengok wayang jadi kalau ia mengantuk boleh terus tidur. Aku kata baiklah lalu ke dapur untuk membuat dua cawan kopi kemudian aku datang semula, aku meletakkan cawan berkenaan sambil Fatima berkata yang aku ni susah-susah sahaja patutnya dia yang buatkan kopi untukku bukan sebaliknya. Fatima ni berkulit agak gelap maklumlah dia ada darah campurun sikit, hidung mancung, rambut panjang melepasi bahu dan berbulu kening lebat. Aku dapat bayangkan kalau bulu-bulu dilengannya jelas kelihatan tentu bulu cipapnya lebih-lebih lagi.

Perlahan-perlahan aku memulakan bicara dengan bertanyakan apakah cita-citanya selepas menamatkan pengajian bla…bla…bla hinggalah kepada soal boy friend. Dia kata dulu dia ada boy friend tapi dah break sebab dia gila study jadi boy friend dia give up tak dapat nak merende' selalu. Aku kata jadi dah pernahlah romance-romance, cium-cuim dan sebagainya, ia jawab ringan-ringan tu adalah adat orang bercinta tapi yang heavy-heavy tu belum pernah buat. Aku rasa inilah peluang terbaik aku menawan kuang di rimba ini. Abang lihat bulu-bulu di lengan Fatim (nama manjanya) agak kasar adakah memang semuanya begitu, ia tersentak lalu memandangku kemudian cuba menutup lengannya, sambil tersenyum ia berkata dah keturunan nak buat macam mana inipun dah baik dulu masa di sekolah menengah misaipun ada, boleh abang tengok bulu di kaki adakah seperti bulu kaki abang sambil aku memperlihatkan bulu kaki dan pehaku. Tak adalah macam abang punya, ia memberikan kakinya kepadaku, aku terus menyelak kain labuh yang dipakainya hingga menampakkan betisnya. Aku lihat memang bulu-bulunya banyak dan kasar, disebabkan ia tak melarangnya aku terus selak lagi hingga menampakkan pangkal peha dengan panties berwarna hijau muda jelas kelihantan. Cukuplah abang Fatim malu katanya, aku cakap agaknya yang di celah kangkang tu lagi lebat ya tak, entahlah tapi kalau abang berminat sangat check sendirilah.

Aku lalu memegang bahunya membawa berdiri dan secara spontan terus sahaja mengucup bibirnya dan mengulum lidahnya. Ia membalas ciumanku itu dengan rakusnya maklumlah dah lama agaknya tak dapat kiss, sambil tu tanganku menanggalkan kain yang dipakainya aku berusaha untuk melucutkan pantiesnya tapi tangannya menepis sambil berkata kita ringan-ringan saja sudahlah bang. Aku kata abang nak tengok juga bulu kat situ, akhirnya ia sendiri yang menanggalkan seluar dalam tapi masih berkemeja pendek yang menutupi pangkal pehanya. Aku memimpin Fatim ke kamar tidurku dan dia tak membantah tapi berbisik abang jangan buat lebih-lebih tau nanti depa balik susah kita. Aku jawab tak apalah kat bilik abang tu takan dia orang nampak. Aku dudukkan dia di birai katil lalu terus menggomol ia kegelian dan terus baring, aku membuka kakinya dan terserlah benda di celah kangkangnya memang betul bulunya lebat betul dan panjang hingga menutupi keseluruhan kawasan cipapnya, aku membelek-belek labia majoranya yang penuh ditumbuhi bulu. Fatim tak pernah cukur atau potong bulu cipap ye, ia geleng kepala payah nak buat dan buang masa sahaja, aku mendekatkan mukaku ke cipapnya baunya tak masam tapi wangi selalu pompuan yang berbulu lebat cipapnya agak masam kerana peluh tapi Fatim punya tidak. Aku tanya lagi buat macam mana cipap boleh wangi, ia jawab selalu cuci dengan pencuci khas paling tidak tiga kali sehari.

Pantat Fatim agak besar berbanding badannya yang kurus, pantat kerbau kata orang dan pantat jenis ini subur kalau nak anak banyak cari pompuan yang pantatnya macam ni gerenti banyak anak sebab perempuan yang berpantat kerbau suka main (hari-haripun boleh) nafsunya kuat dan suka kepada anak-anak, mereka boleh jadi ibu yang baik. Aku minta Fatim membuka terus kemajanya dan membuang terus bra yang menutupi bukit di dadanya. Tetek Fatim boleh tahan besar dan pejal dengan putingnya mendongak ke atas, masa tu kote aku dah melambung naik, aku terus menguli teteknya kiri dan kanan hingga putingnya tercacak berdiri, kawasan hitam pada teteknya bertambah cerah agaknya kerana cekang. Aku menyembamkan muka pada teteknya dan mengulum kedua-dua putting sambil jari-jariku mencari biji kelentit di celah hutan dara di kangkangnya. Aku menggentel biji itu sepuas-puasnya hingga Fatim terkujat-kujat dan kepalanya oleng ke kiri dan kanan, abang sedapnya…Fatim dah tak tahan lagi tapi abang jangan main pantat saya…ringin-ringan aje sudahlah.

Aku terus meletakkan kepala kote pada mulut cipap sambil melurutkannya di sepanjang lurah cipap yang telah basah dek mazi pompuan, aku mencari-cari bukaan dan parking betul-betul pada rekahan itu. Walaupun kulit Fatim agak gelap tapi bahagian dalam cipapnya begitu merah menambahkan lagi berahiku. Aku berbisik di telinganya, Fatim beri tak beri abang nak masuk juga sebab dah tak boleh nak gostan lagi, aku mengalas punggungnya dengan bantal agar meninggikan pantatnya dan dengan sekali uja aku benamkan terus batangku melepasi kulipis daranya hingga santak ke servik. Adusss….sakit…sakit burit saya bang (kata-kata yang sering kita dengar bila anak dara kena main for the first time) ok..ok…abang tak tekan lagi kataku memujuk, aku membenamkan terus batang pelirku dalam cipap Fatim sambil aku mencium mulutnya. Fatim tahan sikit abang nak main lagi, ia angguk (budak ni tahan sakit, walaupun berkerut menahan pedih tapi tak menangis) aku menarik keluar batang kote dan sekaligus memasukkannya semula, sekali lagi ia tersentak ku ulangi lagi, setelah merasakan pantat Fatim dah dapat menerima batang butuhku yang menusuk hingga habis (dalam juga lubang cipapnya dapat menerima sampai habis batang pelirku yang agak panjang berbanding cipap Zaharah dan Marlina), aku terus menyorong tarik perlahan kemudian laju dan laju betul, Fatima menggelepar menahan hentakan aku yang padu sambil kepalanya oleng kemudian aku stop, aduh… duh…bang sedapnya rasa sampai ke otak, aku mengulangi lagi tujahan laju kerana pantatnya dalam jadi ia boleh menahan berbanding pantat yang tohor (kau orang kalau nak kawin cari pantat kerbau yang dalam macam si Fatim punya pasti tak rugi wang hantaran beribu-ribu tu).

Selepas menujah dengan laju berkali-kali stop, kemudian ulangi lagi stop, ulangi lagi stop, aku tak pasti entah berapa kali Fatim dah klimak hingga badannya lembik lesu tak bermaya dan akupun kesian juga tapi aku belum nak pancut lagi, aku tanyakan is it save for me to ejaculate inside your cunny, she said yes…I think so, maafkan abang kena main Fatim sikit lagi sampai air abang keluar, aku memusingkan badannya dan memasukkan kote dari celah duburnya dan terus memainkannya semula, aku dapat merasakan pantatnya mengemut semula dan kali ni dengan punggung-punggungnya mengemut sekali. Sedapnya tak terkira sampai aku menggigit tengkoknya menahan sepitan yang begitu kuat, Fatim…abang nak pancut… crut… crut…crut air maniku memancut jauh ke pangkal rahim pantat budak ni dia menahan dengan mengeraskan badannya hanya pantat dan punggung saja yang mengemut. Aku rasa habis kering air maniku keluar sikitpun tak tinggal lagi, batangku macam diperah-perah aku keletihan lalu terdampar atas belakang Fatim, seketika baru aku dapat tenaga untuk mencabut keluar batangku yang tersepit tu lalu berguling menatap wajahnya. Fatim membelai rambutku sambil berkata abang tadi cakap nak ringan-ringan aje tapi end up dengan we fuck each other. Habis tu Fatim marah kat abang, dak la sebab Fatimpun syok juga cuma takut Fatim ketagihkan batang kote nanti susah juga, bukan boleh dapat kote abang selalu… lagipun Fatim tak cadang nak kawin lagi nak sambung buat MS dan Ph.D.

Baguislah kalau ingat macam tu, sambil jari-jariku menguis-nguis kelentitnya, aku lihat bulu lebatnya habis gusar macam bendang kena ribut, Fatim kemudian terus saja memegang koteku dan mengulumnya, aku kegelian maklumlah bila dah keluar air rasa geli lelaki meningkat. Koteku keras semula lalu tanpa berkata-kata lagi Fatim memasukkan batang pelirku ke lubang pantatnya buat kali kedua dengan posisi ia di atas. Aku biarkan dia mengambilalih command, ikut suka dia nak buat apa, kan aku dah cakap pompuan berburit macam ni memang kuat main, akupun tak ingat lagi berapa round lagi kami menutuh sedar-sedar orang dah tahrim, rupanya aku dan dia tertidur terus dengan telanjang bulat, aku menggerakkan Fatim sambil berbisik bangun hari dah subuh sambil menyuruh dia bergegas ke bilik study, pasal kejap lagi pasti Sherry bangun untuk solat Subuh, sambil dia berpakaian tu sempat juga aku menggigit manja punggungnya dia membalas sambil mencium pipiku thank a lot…my dear abang we can do it again…could we, aku menjawab yes…yes indeed sambil mengurut manja belakangnya.

Disebabkan hari esoknya aku tak berkerja dan tak ada orang nak buat breakfirst (rumahku tak ada pembantu sebab dah tiga orang pembantu rumah yang ku ambil berhenti baik Indon, Thai mahupun Filipino semuanya tak tahan), aku memanggil Zaharah supaya menyuruh semua orang berkemas sebab aku nak ajak dia orang breakfast di Hotel. Aku juga meminta Zaharah memandu kereta isteriku tapi aku suruh Fatim dan anak-anak naik bersamaku dan kami bertolak dulu ke hotel. Dalam perjalanan aku bertanyakan Fatim she’s ok or not, dia kata I’m ok except feeling some sort of…unpleasant when walking. Aku cakap rasa nyeri tu memang ada dan akan hilang after a while, sambil berbisik you know why…because we fucked a lot last night…normally for the beginner macam pengantin baru mana boleh main cara Marathon nasib baik tak relai burit tu, than I told her the secret, you ni memiliki jenis pantat yang kuat main so besok kalau cari suami cari yang kuat main juga saiz kote tak penting tak guna ada kote besar panjang kalau tak boleh main hari-hari, kalau boleh siang malam lagi baik tapi bila dah ada anak nanti kena slow sikit kalau tak anak keluar macam gerabak keretapi. Fatim tergelak besar…..

Tinggal seorang sahaja lagi yang belum dapat aku sentuh sementara tu Zaharah, Marlina dan Fatima ku ulangi menyetubuhi mereka bila berkesempatan dan selalunya mereka tak menolak, masa kian suntuk kalau lepas ni tak ada chance lagi nak rasa cipap dara bertudung yang warak ni. Sherry ni paling cun di antara mereka, orangnya tinggi lampai bermuka bujur sireh dan berkulit putih kemerahan, maklumlah dia ni berketurunan Syed so aku ingat darah tok arab tu ada sikit lagi dalam tubuhnya. Tu yang buat aku makin geram nak rasa pantat syarifah. By the way isteri aku masih ada seminggu lagi di Sarawak dan aku memberitahunya akan ke sana on Saturday morning dan boleh balik bersama hari Ahad esoknya. So minggu ni aku tak dapat ke sana. Zaharah memberitahuku kemasukan data masih ada sikit lagi jadi analisis sepenuhnya belum dapat dilakukan dan Sherry aku lihat tak kering kuku menghadap komputer siang malam mengejar masa. Aku mencadangkan supaya mereka berehat hujung minggu di kondo aku kat PD dan mereka bersetuju cuma Sherry sahaja yang keberatan kerana akan ketinggalan dua atau lebih hari kalau ke sana jadi dia berkata biarlah semua orang pergi tapi dia tinggal di rumah menghabiskan kerja-kerja seterusnya.

Akhirnya aku mencadangkan Zaharah, Marlina, Fatima dan anak-anak sahaja untuk pergi aku seperti biasa susah nak pergi, tak apalah nanti abang jenguk-jengukkan Sherry tak elok juga ia tinggal sorang kalau apa-apa susah dia nanti. Zaharah dan Marlina faham maksud aku dan terus kempen setuju. Aku memberikan Zaharah memandu Range Rover dan kunci kondo PD tak lama merekapun berlepas, call me when you reach there kataku, Zaharah berbisik kepadaku abang please be gentle and don’t rape her if she doesn’t want it. Aku berkata I know what to do so don’t worry about us and please take care of the kids. Selepas mereka pergi aku berkata kepada Sherry, abang tak balik malam ni kau faham bukan so jaga diri jangan merayau tak menentu kalau ada apa-apa call abang nombor telefon ada kat dalam buku di sebelah telefon dalam bilik abang. Kalau nak makan apa-apa ambil sahaja kat dapur dan buatlah macam rumah sendiri. Tak lama akupun belah.

Keesokan harinya pagi lagi aku dah sampai, selepas membuka pintu ku lihat tiada perubahan, nampaknya tak ada orang bangkit masak air pagi ni, aku terus menuju ke bilik anak tapi tak ada orang juga mana perginya budak Sherry ni, aku terus ke bilik bacaan. Aduhai kesian ia tertidur di depan komputer agaknya menaip sepanjang malam dan screen saver komputer masih terpasang menandakan si pengguna telah agak lama juga berhenti mencuitnya. Aku menghampiri Sherry, pertama kali aku dapat melihat Sherry tanpa tudung kepala, rambutnya panjang dengan alun-alun ikal, tidak begitu hitam tapi lebih keperangan, aku bercadang untuk mengangkatnya ke bilik tidur anak tapi kesian juga mungkin dia baru tidur. Aku kemudian ke dapur memasak air dan menyediakan breakfast ala American (sebenarnya breakfast ala depa ni paling mudah nak disediakan). Setelah siap aku mengangkatnya ke bilik bacaan dan meletakkannya di atas meja besar. Aku kemudian menggerakkan Sherry supaya bangun sebab hari dah tinggi.

Sherry terpinga-pinga dan terkejut melihat aku berada di depannya, ia tercari-cari tudungnya yang aku rasa mungkin tidak ada dalam bilik berkenaan. Aku memegang bahunya dan berkata tak payahlah sebab abang dah nampak sejak tadi saja abang tak gerakkan Sherry kesian tengok tapi la ni dah tinggi hari jadi eloklah bangkit kalau nak tidur lagi lepas ni boleh sambung. Dia tergesa-gesa berdiri sambil memegang kawasan ari-arinya, aku tanya pasal apa dia jawab nak terkencing tak tahan lagi, aku kata masuklah ke bilik abang di sebelah, aku membukakan pintu bilik sambil menunjukkan bilik air. Tak lama aku mendengar Sherry memanggil, abang tolong ambilkan tuala atau kain sebab Sherry terkencing dalam seluar, aku menghulurkan tuala sambil bertanya pasal apa, dia jawab tak sempat nak duduk dah keluar malu betul Sherry, aku kata tak apalah nanti kan boleh cuci habis cerita. Aku masih dalam bilik tidur bila Sherry keluar, dia hanya memakai tuala sambil tangannya memegang kain dan bajunya, ia tersipu-sipu bila melihat aku, sorry katanya nanti Sherry cuci mangkuk tandas abang selepas Sherry cuci pakaian ini. Aku jawab tak payahlah abang pun selalu cuci sendiri mangkuk tandas tu bukannya payah sangat.

Berderau darahku melihat Sherry hanya memakai tuala sahaja, bahunya dan pangkal teteknya jelas membayangkan yang payu dara milik Sherry cukup indah tidak begitu besar dan tidak juga terlalu kecil, betis dan pehanya sempurna laksana kaki kijang besar di atas dan menirus ke bawah. Aku membiarkan Sherry berlalu tapi menahannya dengan berkata kalau apa-apapun minum dulu abang dah sediakan di bilik bacaan. Ia angguk kepala, tak lama Sherry datang ke bilik bacaan masih memakai tuala di bahagian bawah tapi telah ada baju kemeja tangan panjang di bahagian atas dia cuma tak memakai tudung, aku tanya ni fesyen apa pulak dia jawab inilah fesyen nak cuci jamban. Barulah aku teringat dia nak cuci mangkuk tandas yang terkena air kencingnya aku kira. Kami makan bersama tapi tak banyak yang nak dibualkan, aku agak dia malu. Selepas makan aku membawa bekas-bekas makanan ke dapur sambil Sherry ke bilik aku untuk mencuci tandas.

Setelah meletakkan bekas makanan di singki dapur aku bergegas semula ke bilik untuk melihat apa yang sedang dilakukan oleh Sherry, aku terdengar jirusan air dan pam tandas di tarik, aku tanya Sherry dah cuci ke dia jawab dah dan abang boleh tak Sherry mandi dalam bilik ni kerana dah basah ni eloklah mandi terus. Aku jawab mandilah, tak lama aku terdengar shower dan air turun, aku menarik pintu bilik mandi (memang tak berkunci sebab sliding door dan lagipun bukan ada orang lain yang pakai aku dengan isteriku sahaja) bila masuk aku nampak bayang-banyang Sherry mandi telanjang dalam ruang mandi nampak tapi tak jelas. Aku mengetuk pintu ruang mandi dan berkata Sherry abang ada kat luar tengah gosok gigi jadi Sherry jangan keluar dulu, eh..buat apa abang masuk nampak Sherry tak pakai apa-apa ni, aku jawab balik nampak apa, apapun tarak tak caya boleh keluar tengok. Selepas menggosok gigi aku masuk ke dalam bilik semula sebabnya koteku dah mula nak mengkar balik agaknya pasal tak dapat burit malam tadii, bini aku period jadi tak berapa boleh layan.

Sherry keluar dengan tuala membalut tubuhnya dan satu lagi membalut rambutnya, aku berdiri memerhatikannya atas bawah dan akupun tak tahu kenapa dia berhenti bila bertentang denganku, ku pegang bahunya lalu terus ku kucup bibirnya, belumpun sempat dia bertindak aku dah french kiss dia dengan mengulum lidahnya dengan kuat. Dia terkejut tak sangka aku akan berbuat begitu, dia cuba menolak badanku tapi kini tanganku pula dah memeluk tubuhnya dan dengan perlahan aku membawanya menghala ke katil, kami rebah bersama dengan aku menindih badannya, tanganku terus cuba melucutkan tuala yang dipakainya, Sherry melawan tak membenarkan aku berbuat demikian, aku menindih tubuhnya dengan lebih kuat sambil membuka short yang aku pakai dan aku dah telanjang bulat, aku kira macam manapun aku nak juga budak ni. Akhirnya tuala di kepala dapat ku lerai membuahkan gumpalan rambutnya yang masih lembab sambil berusaha untuk melucutkan tuala yang membalut badannya pula.

Sherry melawan sambil berkata abang janganlah buat macam ni, saya malu kat semua orang dan kakak, aku jawab la ni bukan ada sapa-sapa kita berdua sahaja sambil matanya menjeling ke arah batang koteku yang dah menegang, aku dah dapat menanggalkan tuala lalu terdedahlah sesusuk tubuh yang menggiurkan, tetaknya fulamak mengkal dan solid dengan ariolanya kemerahan, kulit perutnya jelas memerah bila disentuh dan yang paling indah ku rasakan ialah cipapnya yang menunggun tinggi bak gunung Fujiyama, bulu cipapnya tak hitam tapi coklat tua kemerahan dan biji kelentit membulat di sebelah atas faraj, darahku rasa mendidih menahan berahi dan hampir sahaja air maniku terpancut keluar. Sherry dah tak kuasa nak melawan lagi, dia hanya membiarkan aku menguli dan melakukan apa sahaja terhadapnya, ku cium, ku jilat dan ku gosok semuanya tapi bila sahaja aku mengulum biji kelentitnya Sherry menjerit abanggg…..jangan janganlah sentuh burit saya…. saya masih virgin dan ini hanya untuk my future husband. Kalau gitu Sherry kawin dengan abang saja, aku terus mengulum dan menjilat sekitar cipapnya. Air pantat makin banyak keluar dan Sherry dah mula menangis, aku kira tak boleh reverse lagi kalau stop tak mungkin dapat lagi. Aku membuka kangkangnya dan meletakkan kepala butuh betul-betul di opening cipapnya, abang…kalau abang buat juga abang mesti bertanggungjawab katanya dalam sendu, aku terketar-ketar jawab baiklah abang sanggup serentak dengan itu aku menekan masuk tapi koteku bounce back sampai membengkok tak boleh masuk, alamak ilmu apa pulak si Sherry ni pakai dia dah tutup ke lubang pukinya.

Aku berhenti lalu membuka pantatnya dengan jari untuk melihat apakah bendanya, rupa-rupanya si Sherry ni punyai "full hymen". Selaput daranya menutupi sepenuhnya lubang cipap hanya ada lubang-lubang kecil sahaja tempat laluan darah haid, patutlah dia sering dapat senggugut bila haid pasal darah lambat keluar. Aku berbisik di telinganya, Sherry this one is not to be an easy process, you may feel the pain and may be Sherry tak tahan nanti, I’m telling you that you have a full hymen covered your vagina so quite hard to break it. Abang ada pilihan katanya to let me go or proceed the choice not mine. Aku mengambil tangannya lalu ku pautkan pada pangkal pehanya supaya dia dapat membuka kangkangnya dengan lebih luas, aku meletakkan sekali lagi kepala kote di mulut pantatnya yang kian basah lalu menekan hingga mencecah selaput daranya. Aku mengumpul tenaga dan memintanya menolak ke atas bila aku kata now, pelan-pelan aku mengeraskan kedudukan batangku dalam cipapnya dan now aku berteriak, Sherry mengangkat punggungnya ke atas serentak dengan itu aku menujah batangku ke dalam cipapnya.

Berderit-derit rasanya bila batang koteku menyelinap masuk macam tak jumpa dasarnya, Sherry menggelepar kesakitan, aduiii….sakitnya bang…habis koyak pantat saya, aku lihat banyak darah yang keluar meleleh sampai jatuh ke tuala di bawah. Aku mencalitkan darah dara itu di kening Sherry sambil berbisik I love you Sherry, please let my cock go deeper, aku lihat Sherry makin kuat esakannya dan aku mengumpul sekali lagi tenaga lalu terus menghentak hingga habis koteku masuk. Sherry melaung aduh…senak bang…abang punya panjang dah bang saya tak tahan lagi…pedihnya pantat saya. Aku kesian tengok budak ini tapi memang jadi amalan ku kalau dah main pantat tak kira dengan siapapun mesti sampai keluar air kalau tak dapat kat dalam kat luarpun tak apa, kalau tidak takut memudaratkan kote. Aku biarkan koteku terendam dalam cipap Sherry yang aku kira tak berdasar tu tapi makin hujung makin sempit, last tu baru aku faham yang lubang Sherry ni lubang tanduk patutlah sempit sangat rasanya. Aku mengusap-ngusap rambutnya dan mencium mesra bibirnya, Sherry membalas dan mula tersenyum, aku menyeka air matanya, maafkan abang menyakitkan Sherry tapi abang terlalu berahi tak dapat nak tahan sejak kali pertama abang nampak Sherry tempohari.

Baiklah bang, you can fuck me as you like it but please fuck me good, real good, anywhere Sherry tak boleh nak buat apa lagi your penis already deep inside my cunt but can we stop for a while I need to go to the loo. Aku kata baiklah tapi tunggu dulu sampai air pertama abang keluar, seraya tu aku meneruskan dayungan keluar masuk, nampaknya kali ini aku saja yang syok tapi di pihak dia sakit agaknya kerana setiap kali aku menekan masuk mukanya akan berkerut menahan sesuatu. Aku mencabut keluar kote bila merasakan air maniku nak memancut lalu aku menghalakan ke mukanya crit…crit…crit batangku memuntahkan air putih pekat memancut jauh hingga sampai ke mukanya dan bakinya melambak atas dada dan perutnya, kemudian Sherry bangun duduk lalu memegang koteku sambil mengurut-ngurut mengeluarkan saki baki air yang ada. Biarlah bang katanya lagi, I will treat this as my first wedding night, I don’t want you to rape me but take me as your spouse and this is our first ! intercourse during our honeymoon.

Aku mencempung Sherry ke bilik air dan mendudukkannya pada mangkuk tandas, aku membiarkan Sherry kencing tapi ku lihat air kencingnya terputus-putus tak lancar turun sekali gus. Aku tanya kenapa, ia jawab pedih bang, aku membasuh sendiri cipapnya selepas kencing dan mencempung sekali lagi ke katil, aku membersihkan cipapnya dan mengesat kesan-kesan darah yang ada di pangkal pehanya. Sherry tiba-tiba memelukku sambil menangis, abang jangan tinggalkan saya…saya rela menjadi isteri abang…saya dah janji dengan diri saya siapa jua yang berjaya memecahkan dara saya dialah yang akan saya cintai sampai habis jodoh. Saya tak sangka sama sekali dara saya akan dipecahkan oleh abang yang dah beristeri jadi macam mana saya nak hadapi semua ini. Ok lah Sherry kalau sungguh your love is genuine I’ll find a way to solve it sambil tu aku mencium semula bibirnya, mengulum semula lidahnya, menggentel semula puting teteknya dan mengusap-ngusap manja cipap serta biji kelenti! tnya. Tak lama Sherry bernafsu semula dan aku lihat ia sendiri membuka kangkangnya dan memegang butuhku meminta aku memasukkan semula ke dalam cipapnya. Aku mengambil posisi mengatas kerana senang sikit nak tujah lubang tanduk ni lalu aku henjut sekuat hati merobos masuk, Sherry tersentak aduhh…bang dalamnya batang abang masuk (memang pompuan lubang tanduk akan selalu rasa senak bila kena main sampailah ia melahirkan anak nanti bila lubangnya dah kembang sikit- cuma ingat pompuan lubang tanduk tak kuat nafsunya tak mahunya main hari-hari).

Aku terus memaut badan Sherry dan memulakan adegan menyorong tarik, cipap Sherry seakan-akan mengikut keluar apabila aku menarik ke atas dan terbenam bila aku menekan masuk. Ketat sungguh lubangnya walaupun banyak air pelicin tapi masih tak memadai. Aku kemudian mengiringkan bandannya dan memainkan pantatnya dari sisi, pun rasanya ketat juga, aku akhirnya menyuruh dia menonggeng dan main cara doggie pula, sampai melentik pinggangnya ku kerjakan, aku baringkan semula melentang dan memainkan lagi secara menyorong tarik dengan laju, terangkat-angkat badannya menahan tikaman aku yang bertubi-tubi aku rasa kalau main terus begini budak ni boleh pengsan sebab nafasnya dah jadi macam nafas kerbau nak kena sembelih. Aku juga tahu yang dia dah klimak berkali-kali, aku akhirnya sampai juga buat kali kedua sambil merapatkan pehanya aku memberikan tikaman-tikaman yang terakhir tapi rasa batangku tak dapat masuk habis, aku buka semula kangkangnya dan merodok sedalam m! ungkin hingga dia menjerit ahh..ahh..ahh sambil tangannya merangkul aku dan crut..crut..crut air maniku memancut memenuhi lubang pantatnya buat pertama kali sampai meleleh keluar. Aku membiarkan terus batangku tersepit di dalamnya dan aku lihat Sherry lembik tak bermaya pengsan, barulah aku sedar aku dah bermain dengannya hampir dua jam mana tak pengsan budak tu, first time dapat kote kena henyak begitu teruk berjam-jam pulak. Aku mencabut keluar koteku rasa macam mencabut gabus dari mulut botol cengkamnya begitu terasa. Ku lihat seluruh kawasan cipap dan bahagian bontotnya memerah menandakan ia dah klimak banyak kali. Aku ambil air dan lapkan ke mukanya, dia membuka matanya sambil berkata abang…saya tak berdaya lagi dia ingat aku nak main lagi, aku mengucup bibirnya dan berkata you can take your rest now and get a good sleep after that we go out and have something to bite and…maybe tonite I need you again sambil aku memicit cipapnya. Sherry tersenyum dan terus menutup matanya, ku biarkan dia tidur sepuas-puasnya.

Aku menerima panggilan telefon daripada Zaharah bertanyakan perkembangan di rumah, aku jawab everything ok dan kami dah buat kenduripun, habis lunyailah cipap Sherry abang kerjakan ye, aku jawab tak la kan abang nak pakai lama so tomorrow you all boleh balik but let the management do the cleaning because a couple want to use it for their honeymoon, Zaharah hanya menjawab ok…ok…bye sweet heart. Malam tu aku mengerjakan lagi Sherry entah berapa round lagi sampai akupun dah tak larat lagi dah tak ada air nak keluar dan cipap Sherry melecet pedih katanya bila kena main. Sambil berbaring dan mengulit-ngulit manja dia bertanya kenapa abang main macam tak pernah jumpa pompuan, aku jawab burit macam cipapnya susah nak jumpa jadi sesekali dapat memang kena balun betul-betul dan selalunya kalau tak ada pengalaman jantan akan kalah bila jumpa pantat lubang tanduk macam miliknya. Sherry juga memberitahuku yang dia tahu aku juga dah main dengan rakan-rakan dia yang lain sebab hari tu dia terdengar bila dia orang bercakap. Sebab itulah dia percaya lambat laun gilirannya akan sampai juga tapi taklah terfikir yang dia akan kena begini teruk sekali. Batangku keras lagi so dalam cakap-cakap tu aku tenggek lagi, walaupun pedih dia kangkang juga dan kami main lagi, kali ini aku berdiri dengan Sherry celapak di pinggangku, kami main sambil berjalan dengan dia memaut kukuh di bahuku. Aku menuju ke bilik air dan akhirnya kami mandi bersama sambil permainan diteruskan juga. Sherry klimak lagi dan aku benar-benar puas malam itu.

Aku kemudiannya membantu Sherry menghabiskan kemasukan data dan seterusnya melakukan analisis komputer serta mencetak keputusannya. Aku suruh dia letakkan di atas meja dan bereslah tanggungjawabnya so esok dia boleh rest biar depa pulak yang sambung kerja. Masalah aku satu sahaja, Sherry ni benar-benar dah jatuh cinta kat aku dan mesti kawin jugak-jugak dengan aku…..ni yang pening ni….aku perlu segera mengadap permaisuri mudaku minta pertolongan…..break sat nu….hangpa mesti nak tahu conclusionnya so kena tunggu juga.

Mandat

Kepalaku bercelaru, susah juga nak fikir, masalah organisasi berat macam manapun boleh cari jalan tapi pasal ni berat. Sebab itulah Sigmund Freud dah tulis awal-awal lagi pasal pompuan banyak jantan mati. Aku telefon secretary aku di offis bahawa aku ambil emergency leave untuk ke Sarawak dan minta dia mengadap permaisuri pertamaku beritahu perkara yang sama (anywhere dia tengah period). Setelah Zaharah dan yang lain-lain balik aku memberitahu mereka aku akan ke outstation tapi tak beritahu ke mana. Aku berjumpa Sherry dan mengatakan aku akan cuba untuk memenuhi permintaannya kerana dia telah memenuhi permintaanku. Katanya lagi, tapi kalau sampai abang terpaksa bercerai-berai just forget her, I don’t want everything that you’ve gained gone into misery, aku cakap Sherry doa banyak-banyak semuga berjaya.

Aku sampai di Kuching dan terus ke Majestic kemudian mencari suite penginapan isteriku, memang dia dah tinggal pesan kat kaunter penerimaan kalau aku sampai bukakan pintu, aku mandi dan naik ke atas untuk late breakfast kemudian aku masuk semula ke bilik dan terus tidur (maklumlah baru aku rasa jerihnya main tak renti-renti). Aku sedar-sedar isteriku dah berada di bilik, bila abang sampai aku jawab pagi tadi, aku tengok isteriku cukup lawa hari itu maklumlah orang nak berseminar, aku terus paut dan rebahkannya ke katil, aa…no no tak boleh I malas nak make-up lagi lepas ni kita orang sambung meeting semula, kalau abang nak main aje boleh tapi preamble tak boleh, dia menanggalkan pakaiannya telanjang bulat dan berbaring di atas katil, short game saja tau, aku kata ye le, sambil jauh di telingaku terdengar George Benson mendendangkan Masquerade.

Selepas meetingnya selesai aku kata jom kita ke Santubong abang nak cakap sikit, sini tak boleh ke, aku cakap payah sikit kalau kat sana apa-apa hal abang boleh terjun laut sini tak boleh Sungai Sarawak aje. Aku ke Damai Golf Resort tapi tak main golf cuma naik buggy dan berlegar-legar, aku story la kat dia pasal budak Sherry nak ajak kawin dengan aku, dia jawab dia tahu aku dah balun budak tu sebab tu nak ambil reponsible, aku cakap bukan gitu dia ni lain dari yang lain dan aku mesti bertanggungjawab sepenuhnya. Habis Zaharah macam mana, sepupu saya tu tak lawa ke?, aku jawab lawa, tak seksi ke?, aku jawab seksi, abang kena ingat yang abang juga dah lakukan dengan Zek (panggilan manja Zaharah), aku heran juga macam mana dia tahu ni mesti Zek yang kasi tahu. Lalu dia pulak story kat aku yang si Zek ni dah lama jatuh hati kat aku dia dah bincang dengan isteriku, sweet heart aku ni very sporting dia kata tak kisah tapi pandai-pandailah memikat aku.

Aku terdiam sebentar cari akai, aku cakap tapi Zek sendiri yang kasi tau dia nak sambung study abroad tak nak kawin lagi, memanglah dia cakap macam tu orang pompuan mesti malu punya takan nak pinang abang pulak, main aje yang tak malu bila dah stim habis lupa dunia. Aku cakap, tak kisah tapi macam mana nak jumpa emak bapak dia, tak manis gitu nanti depa ingat aku rembat anak dara dia orang abang malu el (isteriku namanya juga el, buka ella sorang aje), tapi tak apalah nanti abang slow talk dengan dia. But your main problem, Kak Long macam mana (merujuk kepada my first wife), inilah yang abang datang sini mintak el tolong ayatkan tee (my wife daa…), kalau dia tak beri habis abang, abang kena ingat organisasi abang tu sapa punya kan bapak dia punya, kekayaan kita ni pun belas ihsan dia juga abang nak buang semua ni. Hey el (bila dia start lecture aku terus jawab dengan keras), look here I’ve done this before, remember when I conveyed the same episode to her! about you…remember bila dia mintak bawa you jumpa dia…apa dia cakap kat you. Masa tu yang patut mati abang bukan you so why worry too much. El takul kak long marahkan el dan anggap el bersengkongkol dengan abang pasal Salmi. Pasal tu abang boleh defence diri abang, the problem is how to break the ice…please el help me nanti abang beri upah. Upah apanya burit kita juga yang parah nanti, dia beri upah tapi burit kami juga yang kena tutuh. Ok lah bang, I’m not promise anything but I will see kak long as soon as I balik nanti.

Aku mengucup manja buah hatiku ini, sebenarnya aku sayang sungguh kat dua-dua permaisuriku ini, sama-sama baik dan cukup menghormati suami. Bila abang nak balik, first flight tomorrow morning so malam ni bolehlah buat projek sikit, ahaa…jangan nak mengada selagi problem abang tak settle jangan pegang burit saya. Eh…tak kan marah kot, isteri mana tak terusik bila laki dia nak kawin lain budak muda pulak tu, el abang dah rasa semua cipap hangpa, after a while semuanya balik satu rasa saja, dia memandang aku, sedap jawabku semua pantat pompuan sedap mana ada pantat yang tak sedap, jadi berapapun bini abang pantat depa mesti sedap punya dan abang akan datang mencari, cayalah.

Nak pendekkan cerita el storykan tee entah apa yang dia cakap akupun tak tahu, aku hanya terima memo daripada tee nak jumpa aku kat office, she is one of director jadi gelabah juga aku kalau dia beritahu Chairman (bapak mertua ana daa..) tentu kena pecat agaknya. Aku mengetuk pintu biliknya, enter aku dengar suaranya (isteri pertama aku ni bercakap macam British, queen englishnya very strong maklumlah besar di London) haa…ingatkan tak nak jumpa tee lagi, dah dapat taruk muda, daun tua abang junjung aku cepat-cepat mencelah, macam daun sireh orang petik yang tua yang woi bukan pucuk. El dah cakap kat I and after discussed it for a long time we….agree to let you take her as our another partner…kongsi suamilah. Fikir-fikir betul juga abang tu tak cukup, hari-hari nak main kami ni abang balun siang malam, lepas I abang lari cari el pulak jadi ada baiknya abang dapat lubang satu lagi kurang sikit dengan kami agaknya, I said not sure yet, I sampai dah fed-up tak larat nak mandi junub setiap hari nak solatpun payah (depa ni baik aku aje yang macam pelesit). I already conveyed the message to the Chairman that our hero gonna take another wife, yang I frust tu bukan dia larang tapi you know what He said…alhamdullilah. Aku tarik tee berdiri dan mencium dahinya, dah cukup…cukup selagi tak settle problem you jangan harap nak rasa burit I….aku rasa macam pernah dengar ungkapan itu…

I sambung sikit lagi, both my queens pergi meminang Sherry, payah juga nak pujuk pak syed ni, Sherry ni satu-satunya anak perempuan dan tunggal pulak tu, walaupun kereta besar kami menjalar tiga biji kat laman rumahnya tapi aku ingat dia segan kat Datuk yang ketuai peminangan tu (sapa lagi kalau bukan in-law aku, sebenarnya aku dengan pak mertua aku cukup kamcing maklumlah dia tak ada anak lain tee sorang aje anaknya dan aku ni one and only menantunya, dia tak pernah larang aku kawin tapi mesti ikut syarak. Aku pulak story kau kau kat Zaharah suapaya memahami situasi kami, dia agree tapi aku cakap bila habis study nanti mungkin kita boleh bukak buku semula. Kau orang tahu kalau tak ada aral melintang, raya nanti Januari 2000 insyaallah aku akan naik pelamin sekali lagi. Aku juga nak ke Mekah selepas musim haji ni nak buat umrah dan bertobat dan aku nak bawak semua sekali ke sana (Tee dan El tiap-tiap tahun buat umrah, aku aje yang malas nak pergi). Tapi sebelum pergi tu aku nak balun tiga-tiga dara U (dah tak dara dah) ni cukup-cukup malah keempat-empatnya tak kisah cuma aku aje yang tak tahan macam mana nak pusing, secara tak rasmi aku ada enam keping pantat yang perlu disodok setiap hari, itu belum termasuk yang sparing partner. So jumpa kau orang lagi nanti..
»»  READMORE...